MUSEUM PLANETARIUM (JAKARTA,
INDONESIA)
PLANETARIUM
Planetarium dan Observatorium
Jakarta dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia mulai tahun 1964, atas
gagasan Presiden Soekarno dengan harapan agar bangsa Indonesia sedikit demi
sedikit mengenal berbagai macam benda langit dan berbagai peristiwa di luar
angkasa. Selain dana dari pemerintah, Planetarium dan Observatorium Jakarta ini
juga didanai oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia.
Pada tahun 1968, gedung beserta
peralatan planetarium berhasil diselesaikan. Pada tanggal 10 November pada
tahun yang sama, Planetarium dan Observatorium Jakarta diresmikan oleh Gubernur
DKI Jakarta Ali Sadikin bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian
Jakarta—Taman Ismail Marzuki.
Planetarium adalah tempat yang
paling pas untuk menikmati taburan bintang, kilasan meteor, planet, satelit dan
titik-titik rasi bintang yang mungkin selama ini telah dikenal
nama-namanya. Siapapun yang berkunjung ke dalamnya akan merasa senang
karena pengunjung akan dibawa ke suasana langit lepas di malam hari, sebuah
suasana yang amat langka untuk dinikmati oleh warga sebuah kota
metropolitan.
Memang terkadang di sela-sela
pertunjukan sering terdengar suara anak menangis karena mungkin takut gelap,
namun begitu sampai pada bagian pertunjukan bintang-bintang yang bertaburan di
seluruh penjuru langit Planetarium, biasanya tangis anak-anak akan berhenti dan
mulai dapat menikmati suasana.
Selain teater bintang,
Planetarium dan Observatorium Jakarta memiliki Ruang Pameran dan tempat untuk
peneropongan benda langit yang disebut dengan Observatorium. Tempat
peneropongan ini digunakaan untuk melakukan pengamatan benda-benda langit
secara langsung melalui teleskop. Hasil observasi atau pengamatan melalui
teleskop ini dapat memberikan informasi tentang benda-benda atau fenomena
langit yang masih bisa diamati di kota Jakarta.
Planetarium dan Observatorium
Jakarta memiliki 3 tempat peneropongan yang digunakan untuk observasi visual
dan fotografi matahari, bulan, planet, komet, gugus bintang, dan
lain-lain. Selain itu juga memiliki beberapa teleskop portable yang dapat
dibawa berpindah-pindah.
Kegiatan peneropongan ini
diadakan pada bulan-bulan tertentu pada malam hari dan tidak dikenakan biaya.
Tidak menutup kemungkinan kegiatan ini dilaksanakan di luar jadwal yang
sudah ada., karena adanya peristiwa astronomi yang menarik seperti gerhana
bulan dan lainnya.
Pada waktu-waktu tertentu
Planetarium dan Obsrevatorium Jakarta bekerjasama dengan Himpunan Astronomi
Amatir Jakarta mengadakan peneropongan umum di lapangan terbuka, untuk lebih
memasyarakatkan astronomi sebagai ilmu pengetahuan dan hobi yang bermanfaat.
Foto-foto yang dihasilkan selain dijadikan bahan dokumentasi juga digunakan
untuk penelitian astronomi.
Planetarium dan Observatorium
Jakarta, telah menyelesaikan renovasi beberapa ruangan tertentu. Semua itu demi
memanjakan pengunjung agar dengan rasa nyaman dapat menikmati suasana
baru yang lebih menyenangkan.
Beberapa ruangan yang
direnovasi itu antara lain ’ruang tunggu’ yang dulu biasa-biasa saja, sekarang
dilengkapi layar putih untuk pemutaran film yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan astronomi. Ruang tunggu itu disulap menjadi panggung Theater
Prosenium. Dimana penontonnya bebas mengambil tempat duduk masing-masing.
Dari ruang tunggu, menuju
’Lorong Astronomi’ yang beratap melengkung. Dinding kanan dan kiri memanjang
bagaikan lorong goa mempertunjukan 12 lukisan kaca berupa rasi bintang yang
umumnya sering dihubungkan dengan pernik nasib manusia.
Lainnya, Ruang Pameran atau
Museum yang dulu hanya diisi beberapa buah koleksi benda angkasa seperti
pecahan batu meteor dll, sekarang dirubah menjadi ruang pameran yang
nyaman dan menyenangkan.